31 Mei, 2009

Tertampar dan Zakat


Barusan aja gue ngerasa tertampar oleh salah satu hadis yang gue baca berulang-ulang:

"Wahai hambaKu engkau berkeinginan, Akupun memiliki keinginan. Jika engkau sandarkan apa yang engkau inginkan padaKu, maka akan Aku cukupkan apa yang engkau butuhkan. Namun jika engkau tidak sandarkan apa yang engkau inginkan padaKu, maka akan Aku berikan keletihan dan kesengsaraan. Sesungguhnya apa yang terjadi adalah apa yang Aku inginkan" (Hadis Qudsi).

Saya tertampar!! Sekali lagi, saya tertampar.
Entah sudah berapa banyak keinginan-keinginan yang gue pengen, tapi gak ada satupun yang sungguh-sungguh gue sandarkan padaNya. Padahal, apa susahnya sih meminta padaNya.

Maafkan aku yang kecil ini Yaa Rabb.
***

Ohya, eniwei, gue lagi interested banget tentang zakat, tepatnya lagi pengen tau lebih banyak lagi tentang zakat, khususnya tentang gimana pengelolaan zakat.

Bermula dari statementnya Ascarya dimana katanya "zakat merupakan variabel utama dalam menjaga kestabilan sosial ekonomi agar selalu berada pada posisi aman untuk terus berlangsung".

Peran zakat 'memaksa' manusia yang memiliki kecukupan harta untuk berinteraksi dengan manusia lain yang kekurangan. Gue setuju banget. Harusnya pelaksanaan pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian zakat melalui institusi resmi negara yang memiliki ketentuan hukum, yang gue tau namanya Baitul Maal bisa terus 'memaksa' si manusia-manusia yang punya cukup harta itu untuk berzakat.

Tapiii, apakah pengelolaannya sudah berjalan dengan sebagaimana mestinya?? Kaloo ternyata, masih ada aja masyarakat yang kekurangan, social gap antara orang-orang yang hobi banget numpukin hartanya dan fakir miskin, pengemis, gelandangan, yang ujung-ujungnya berakibat ke kriminalitas dan pelacuran.

Padahal, kalo ditelusuri lebih dalem lagi, penerapan sistem zakat bisa berdampak positif di sektor rill lho, misalnya:
Pertama, zakat bisa jadi mekanisme baku yang ngejamin terdistribusinya pendapatan dan kekayaan sehingga gak ada lagi tuh yang namanya penumpukan faktor produksi pada sekelompok orang yang berpotensi atau hobinya numpuk harta untuk menghambat perputaran ekonomi. *heran, seneng banget tidur berbantalkan duit*

Kedua, zakat bisa jadi mekanisme velocity atau perputaran ekonomi.

Ketiga, zakat bisa mengakomodasi warga negara yang gak punya akses ke pasar karena gak punya modal buat jadi pelaku aktif ekonomi.

Nahhh, ternyata Baitul Maal tadi itu terbantu semenjak dan seiring berkembangnya bank-bank syariah, semacam mendapat angin segar nih si baitul maal. Dengan adanya kerja sama, pengelolaan zakat mulai berangsur-angsur sedikit demi sedikit bangkit. Dan gak cuma sekedar jadi wacana belaka aja. Diharapkan kedepannya bisa terus makin berjalan baik.

Secara, bank syariah lebih konsern pada pembiayaan sektor riil dan usaha mikro kecil menengah.

Kan jadi cakep tuh kalo koperasi-koperasi syariah pada maju, UMKM juga maju. Bakalan cakep dah!

Hmmm, kayanya gue mau pilih presiden yang mendukung ekonomi syariah deh.

Kepada Bapak Jusuf Kalla, gimana? Apa Bapak bersedia?? Bersedia membuat kebijakan yang mendukung pengembangan ekonomi syariah.

Negara Inggris, Hongkong, Australia aja udah mulai menawarkan ekonomi syariah sebagai suatu alternatif. Masa' iya negara kite tercinta ini (baca:Indonesia) dimana sebagai negara dengan populasi MUSLIM TERBESAR DI DUNIA ketinggalan dalam pengembangan dan kemajuan ekonomi syariah. Malu gak sihh?
Udah gak jaman noh makek yang konvensional.

Mari kita sama-sama hijrah ke syariah, kawan!

Pak JK, jadi gimana?? Mau yaaaa! Kalo gak mau gak saya pilih nih, saya ngambek nih! *ceritanya ngancem*

-no offense for kampanye, anyway. HEHEHE ;p-